Tata Surya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas suara ini dibuat dari revisi tanggal 2010-09-10, dan tidak termasuk suntingan terbaru ke artikel. (Bantuan suara)
Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
- Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796.
Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut
raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen.
Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi
bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar
semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
- Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900.
Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada
masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal
Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi
bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari
Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian
lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda
berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk
planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan
asteroid.
- Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917.
Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada
Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
- Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
- Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua
bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya
meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap
oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad
lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop
refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam
mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus,
seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi
Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin
memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan
perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain
melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya
objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon,
satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira
sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh
dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper
(Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan
benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61
cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari
Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
Struktur
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet
terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek
sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan
ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi
Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub
utara Matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler
menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari
bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu
titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya
lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips,
jarak antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak
terdekat antara objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion.
Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan
terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir
berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper
kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya
menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada
kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah
planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu
dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem
sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit.
Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua
satelit alami
yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit
berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar
juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit
secara serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.
Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya
dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan
definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi
Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri
tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam,
merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan
asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom
hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah
tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan
es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11]
memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini
merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia
juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.[12]
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah
(kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada
suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di
berbagai bagian Tata Surya.
Zona planet
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan
merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya, planet Neptunus
tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir
dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik,
termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang
berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman,
karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi
Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang
diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas
sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang
lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola
ini dikatakan terletak pada deret utama,
dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi,
bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari Matahari
adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin
adalah umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum
merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya
hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh
semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya
adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta,
sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan
dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium
terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.
Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum
alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan
bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat
metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada
pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil
penggumpalan metal.[16]
Medium antarplanet
Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang
dan kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu
yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata
Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22]
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua
daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu
zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab
cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23]
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin
disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
Planet-planet bagian dalam
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet)
memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak
mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi
Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti
silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan
nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer,
semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis
seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara
Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
>> Merkurius <<
Merkurius
(0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan
ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26]
Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom
yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27]
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat
diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas
setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya
terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
>> Venus <<
- Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
>> Bumi<<
- Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
>> Mars <<
- Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]
>> Sabuk Asteroid <<
Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[39]
Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos
daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara
10 dan 10−4 m disebut meteorid.
>> Ceres <<
Ceres
(2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan
sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km,
cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk
bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok asteroid
Asteroid
pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid
bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang
mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari
satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk
asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber
air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter
(daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit
planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada
Titik Langrange
dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di
orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari
Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.
Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan
satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan
padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air,
amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam
Tata Surya.
Planet-planet luar
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium;
Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para
astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai
raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
>> Yupiter <<
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri
semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
>> Saturnus <<
Saturnus
(9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun
Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet
ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus
memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum
dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45] Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
>> Uranus <<
Uranus
(19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri
orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
>> Neptunus <<
Neptunus
(30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali
massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan
panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang
disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan
Neptunus.
>> Komet <<
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi,
yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua
ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang
berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari
Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49]
Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata
Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]
Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]
Daerah trans-Neptunus
Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah
trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah
ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar
memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari
bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal
sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.
Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk
asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara
30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil.
Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper
yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk
Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan
resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh:
dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua).
Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik
terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan
terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
Pluto dan Charon
Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh
ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini
dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki
kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan
berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit
Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon,
satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai
satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon,
keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas
permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit
yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon.
Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan
Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap
tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki
resonansi yang sama disebut plutino.[58]
Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake
(rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam
sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan
memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk
Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9,
pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit
keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Piringan tersebar
Piringan tersebar (scattered disc)
berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas.
Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek
piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena
pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects,
atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion
hampir sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi
tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku.
Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian
dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk
Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]
Eris
Eris
(rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini
dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris
hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar
2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki
satu satelit, Dysnomia.[61]
Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik
perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion
97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
Daerah terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai
tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua
gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan
terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto
dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Heliopause
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang
kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin
dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah jurusan angin.
Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang,
membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath,
dengan kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA
di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada
sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus
benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari
dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan
magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi
bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh
daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak
sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang
ditinggalkan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause,
sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal
dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause
pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat
radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA
telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan
satelit penjajak ke heliosfer.
Awan Oort
Secara hipotesa, Awan Oort
adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari
bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda
panjang. Awan ini menyelubungi matahari
pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh
100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet
yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan
planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan
bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek
gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[62][63]
Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip
Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada
perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun.
Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna
tidak merupakan bagian dari piringan tersebar
ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh
migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa
Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga
mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA,
aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki
kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui
proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar
Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih
harus ditentukan dengan pasti.
Batasan-batasan
Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan
gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi
bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA).
Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari
50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort,
sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan
belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang berjalan, yang
mempelajari daerah antara Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
Dimensi
Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:
Karakteristik | Merkurius | Venus | Bumi | Mars | Yupiter | Saturnus | Uranus | Neptunus |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jarak orbit (juta km) (SA) | 57,91 (0,39) | 108,21 (0,72) | 149,60 (1,00) | 227,94 (1,52) | 778,41 (5,20) | 1.426,72 (9,54) | 2.870,97 (19,19) | 4.498,25 (30,07) |
Waktu edaran (tahun) | 0,24 (88 hari) | 0,62 (224 hari) | 1,00 | 1,88 | 11,86 | 29,45 | 84,02 | 164,79 |
Jangka rotasi | 58,65 hari | 243,02 hari | 23 jam 56 menit | 24 jam 37 menit | 9 jam 55 menit | 10 jam 47 menit | 17 jam 14 menit | 16 jam 7 menit |
Eksentrisitas edaran | 0,206 | 0,007 | 0,017 | 0,093 | 0,048 | 0,054 | 0,047 | 0,009 |
Sudut inklinasi orbit (°) | 7,00 | 3,39 | 0,00 | 1,85 | 1,31 | 2,48 | 0,77 | 1,77 |
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°) | 0,00 | 177,36 | 23,45 | 25,19 | 3,12 | 26,73 | 97,86 | 29,58 |
Diameter ekuator (km) | 4.879 | 12.104 | 12.756 | 6.805 | 142.984 | 120.536 | 51.118 | 49.528 |
Massa (dibanding Bumi) | 0,06 | 0,81 | 1,00 | 0,15 | 317,8 | 95,2 | 14,5 | 17,1 |
Kepadatan menengah (g/cm³) | 5,43 | 5,24 | 5,52 | 3,93 | 1,33 | 0,69 | 1,27 | 1,64 |
Suhu permukaan min. menengah maks. |
-173 °C +167 °C +427 °C |
+437 °C +464 °C +497 °C |
-89 °C +15 °C +58 °C |
-133 °C -55 °C +27 °C |
-108 °C |
-139 °C |
-197 °C |
-201 °C |
Konteks galaksi
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 miliar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion.[67] Letak Matahari
berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi,
dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.[69]
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi.
Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama
dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos
jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova
tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi.
Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang
memungkinkan evolusi kehidupan.[70]
Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi.
Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa
menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan
bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa
bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova
telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam bentuk
debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda
mirip komet.[71]
Daerah lingkungan sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble),
yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini
berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium
antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini
penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]
Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari,
jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem
kembar tiga Alpha Centauri,
yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan
bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil
merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.
Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius,
sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa
dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih
bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem
selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem
bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]
Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani,
sebuah bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan
mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang
sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya )
No comments:
Post a Comment